Selasa, 11 November 2008

UANG APA SAJA
Oleh: Muhdlor & Hasan

Masih ingat kalimat di sebuah amplop yang setiap bulan diterima para ustadz dan ustadzah di Pabelan? Tulisan dalam amplop itu sungguh ‘menyimpang’ dari kebiasan di luar sana “uang apa saja”. Kenapa tidak ditulis uang saku, uang jajan, uang sabun, uang transport dan lain-lain. Persoalan bahasa ungkap ini kelihatannya sepele, namun kalau kita coba kaji sedikit saja, kita akan berhadapan dengan cakrawala yang amat luas membentang indah dihadapan kita. Karena bahasa ungkap ini sangat menawarkan kemerdekaan yang luar biasa. Ah… masa iya? Kalau tak percaya, coba luangkan sedikit waktu untuk merenungkannya
Tulisan “uang apa saja” yang sering kita sebut “madza faqot” merupakan sebuah AKAD tersendiri dari yang memberi. Artinya dia (sang pemberi) itu telah memberikan sebuah kebebasan kepada si penerima untuk memperlakukan uang tersebut sesuai keinginan dan kebutuhan penerima. Artinya juga bahwa sang pemberi telah percaya betul kepada si penerima dalam hal memperlakukan uang tersebut. Maka dia tidak merasa harus ngatur lebih detail mengenai peruntukkan uang tersebut. Dia telah menyerahkan dan mempercayakan kepada si penerima untuk menggunakan uang tersebut secara MERDEKA. Berbeda dengan istilah uang jajan, uang sabun, uang makan dan lain-lain. Uang jajan umpamanya, menurut AKADnya harus dijajankan, uang sabun harus dibelikan sabun, dan seterusnya. Akan terjadi pelanggaran, penyimpangan atau setidaknya salah prosedur kalau ternyata uang tersebut ditabung atau dipinjamkan teman.
Seandainya hal itu ditarik pada hal yang lebih besar menjadi seperti ini: Seorang pimpinan proyek akan disalahkan Bawasda, BPKP atau auditor kalau dia menggunakan anggaran tidak seperti peruntukan dalam mata anggarannya, walaupun pimpinan proyek tersebut menggunakan anggarannya untuk sesuatu yang lebih bermanfaat, lebih penting dan lebih krusial. Umpanya dalam sebuah Rencana Anggaran Biaya (RAB) ditulis “untuk belanja ATK”, maka tidak boleh tidak dia harus membelanjakannya pada yang bernama ATK. Tidak boleh untuk kendaraan. Jika ternyata anggaran tersebut dibelikan kendaraan juga, siap-siaplah didatangi penyidik KPK.
Urusan “uang apa saja” dalam amplop yang dulu setiap bulan kita tunggu, sebenarnya tidak seberesiko itu. Hanya saja ada hal yang dapat kita ambil pelajaran istilah guru kita ini, yakni: Kalau anda sedang baik hati, lalu memberi sesuatu, sehelai atau segepok uang kepada seseorang, lakukanlah dengan ikhlas. Tidak lantas mengatur dan intervensi terlalu jauh terhadap orang yang anda beri. Berikan juga sebuah kemerdekaan padanya. Jadikanlah seseorang yang anda beri itu tetap terhormat, Jangan pula diomong-omong pada orang lain. Karena hal itu akan membuat dia menjadi rendah
Ingat: “Besar jumlah pemberian memang penting, tapi kearifan anda memberi itu jauh lebih penting”. Oke?
Barokallahu lii wa lakum

2 komentar:

cecep mengatakan...

iya ya...
sejak dulu kyai kita selalu mengajarkan merdeka merdeka dan merdeka.
tks. dhor, san...

sahara mengatakan...

ayo dlor...... kirim terus jampi sayahmu yang lain.... lumayan je, kanggo nambani pegel-pegel, boyok linu-linu lan tanggal tua.....he..he...