Senin, 10 November 2008

Copy darat yok....

Panca jiwa pondok yang menjadi motto santri, mulanya aku tidak mengerti, apa sesungguhnya maksud yang tersimpan dalam kalimat itu. Hampir tiap hari kami baca, kami senandungkan, kami ikrarkan dalam setiap kegiatan pondok kala itu. Tapi sejujurnya, aku belum bisa menarik garis pengertian secara nyata kala itu, bagaimana kami harus mengaplikasikan secara riil dan konkrit, aku tidak mampu. Namun sekarang, waktu yang demikian panjang terlewati, bukannya mengikis rasa 'ukhuwah islamiyah' yg kala itu belum sempat kufahami maknanya, tapi justru menjadi sebuah energi baru yang terus memberi kekuatan dalam pemahaman ajaran kyai. Rentang waktu yang demikian panjang, tidak menyamarkan garis ukhuwah dengan kawan-kawan jauh, tapi justru membuat semakin tebal coretan garis itu terlukis. Jauh dalam jarak, namun demikian dekat dan melekat dalam rasa. Ah... barangkali aku saja yang terlalu sentimentil .....entahlah...tapi, jujur...itulah yang kurasa.
Dorongan rasa untuk datang ke pondok, bersua sahabat-sahabat, adalah sebuah keputusan yang terus dan terus kusyukuri, Tuhan telah menggerakkan langkahku, ajaran para guru yang dulu belum sempat kumaknai, namun sekarang telah kutemukan anak-anak kunci yang dulu belum sempat kudapat,kini telah kutemukan serta aku bisa masuk dalam setiap bilik itu, dan merasakan kenyamanan di dalamnya....
Kawan-kawan, (tanpa mengurangi rasa kedekatan bagi yang belum bisa hadir) kalian memang luar biasa... aku tak memiliki simpanan kata yang cukup apik tuk ungkapkan semua gejolak rasaku, haru, bahagia, teduh, nyaman, ah...entahlh, kata apalagi yang sesuai untuk mengungkapkan rasa sayangku pada kalian....
Aku bisa menghabiskan waktu kalian tuk mengungkakan emosi rasaku, maka harus kuakhiri tulisan ini dengan sebuah usulan dari kawan-kawan yang kemarin sempat datang ke pondok, hasil dari 'informal meeting' dengan Jularso, Syarifah, Dindin, Cecep, Alfiah, Zumroti, dkk bahwa untuk pertemuan rutin angkatan 80, rencananya akan kita adakan setiap tahun, dengan satu pertimbangan bahwa jika diadakan 5 atau 10 tahun kedepan, kita sudah keburu renta, dan kata bung Jularso, beliau nggak mau kalau harus nganterin nenek-nenek jalan-jalan keliling Solo, nanti repot. Sekarang sih masih wangi-wangi, tapi nanti 10 tahun kedepan yang tercium bukan aroma parfum, tapi minyak kayu putih dan balsem, kata bung Jos begitu.... (capek dehhh)
Berangkat dari pemikiran itulah, akhirnya kemarin kita sepakat untuk merencanakan temu kangen bagi laskar sahara80 tiap tahun...
Gimana kawan-kawan ?????
Kita tunggu usulan, komentar dan jawabannya...

Salam hangat
Z.Trihastuti

3 komentar:

sahara mengatakan...

Akur dan setuju. Cuma, bagiku, kata-katamu masih terasa berat, Zum. Kata-katamu memang tinggi dan nyastra. Coba turunkan dong, biar terasa lebih ringan.

cecep s mengatakan...

Baik... Kata-katanya akan kuturunkan:
Zum mengajak kita untuk berenang-renang di masa silam dengan tenaga ukhuwah yang sekarang sudah semakin terasa. Berat memang, karna zum adalah perempuan setia yang selalu setia juga memangku masa silam itu untuk diberikan pada kita. Zum, aku dan mungkin kita begitu rindu untuk ngerubti masa silam seperti para lebah hutan yang ngerubuti sarangnya.
setahun sekali....kurasa asik juga. apalagi kalau masing-masing datang tidak sendiri. Lebah jantan membawa lebah betinanya dan lebah betina membawa lebah jantannya.

Percayalah pertemuan para lebah ini akan menghasilkan madu yang bermanfaat bagi siapapun.

Tinggal mau di hutan mana kita bertemu? mau pas purnama atau ketika bulan sabit?

ha ha ha sudah ringan kan?

Cecep

l@ mengatakan...

Tiap baca tulisan di sahara, emang kudu mengernyitkan dahi dulu. Kalau bukanya pas matahari, berarti kernyitannya 2 kali lipat, alias muka juga bisa kelipat. hehe..... Tapi tetap enak, karena yang bacanya harus dengan hati, bukan dengan kernyitan dahi!! Sukses untuk bala sahara.