Minggu, 27 Juli 2008

muhasabah dua

Kuucap terima kasih untuk Fauny dan Cecep, atas komentar-komentarnya yang membangun. Komentar itu semakin memperdalam kesadaranku akan ketertinggalanku dalam mengisi hidup. Cep, Mina gubahanmu juga amat menyentuh dan menyentil. Sejak dahulu aku suka puisi-puisimu juga Zumroti. Eh, btw, aku terus menunggu kehadiran Mas Ramli, Mas Nurkholis, Mas Ilham, dkk di blog ini.

Sambil menunggu yang lain, nih aku kutipkan sebuah nyanyian ba'da shalat yang suka disenandungkan seorang Muslim zaman Khalifah Umar:

kala aku menyapa hati ini
ia tak sudi sama sekali
aku tertunduk lesu
kudapati ia selalu berpaling dariku
aku galau resah gundah
wahai pendamping yang buruk
mengapa gerangan kau terlena
umurku berlalu hampa makna
terlena dalam senda gurau
usia mudaku tlah berlalu
sebelum kugapai asaku
tak kuharap setelahnya selain kefanaan
uban ini menghambat tuntutanku
celakalah jiwa ini
sulit kulihat sisi baiknya
tidak pula sopan santunnya
wahai jiwa
andai engkau tiada
tiada pula hawa nafsu
wahai jiwa
selamatkan dirimu
takutlah pada Tuhanmu

Nyayian ini terdengar bagai ungkapan nafs lawwamah ya. Tapi, kupikir ia juga bisa menumbuhkan gairah hidup yang bermutu. Semoga.

Regards
Dindin

Tidak ada komentar: