Manusia adalah makhluk terindah. Ia tak lain kecuali ciptaan indah kreasi Sang Mahaindah, Allah SWT. Alquran mengabarkan, manusia dicipta dengan bentuk-rupa paling indah (ahsan taqwim). Makhluk indah ini secara naluriah menyukai keindahan. Ini amat mudah dipahami, karena Sang Penciptanya pun menyukai keindahan.
Kesenian, dalam segala jenis dan macamnya, adalah perwujudan keindahan. Keindahan itu sendiri, sebagai rupa dasar manusia, sebagai kesukaan Sang Khaliq, mewujud dan menyeruak dalam ragam kesenian.
Tapi, ada pertanyaan besar. Mengapa ada sejumlah oknum seniman yang tidak menunjukkan keindahannya sebagai manusia? Mengapa sejumlah pengusung kesenian berpola-hidup dan bertingkah-laku secara menyimpang dari kehendak Dzat sumber keindahan? Bukankah, dengan mengumbar aurat, berdagang syahwat, berfoto (maaf) telanjang bulat, bergaul bejat, boro-boro ingat shalat, mereka sedang keluar dari nilai-nilai keindahan manusia menuju "nilai-nilai" ketidakindahan hewan? "Kenapa eh kenapa," kata Bung Rhoma Irama.
Mestinya, bila berjalan secara sehat, para seniman (artist) merupakan manusia yang paling menghayati hakikat keindahan manusia. Mestinya, mereka merupakan orang-orang yang paling depan menampakkan berbagai keindahan di muka bumi ini. Sejatinya, mereka merupakan orang-orang yang paling dekat dengan Allah, Dzat Yang Mahaluhur, Mahaindah.
Dindin S
Senin, 21 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar